Minggu, 04 September 2011

Tulisan Galau, kepada Hujan kemarin


Feel so empty..
do u feel the same?
I dont think so.....
Kepada hujan kemarin...
Mestinya aku sudah melupakan semuanya. Bukankah semua berjalan begitu singkat dan tak ada yang ‘perlu’ untuk diingat?
Aku hanya tersiksa karena ingatan ini. Benar benar menyesakkan. Aku pun tak menyangka akan seperti ini rasa yang akan kurasakan jika berani mengenalmu.  Aku hanya merasa terjebak. Pada skenario pemainan yang kau lakonkan. Kau terapkan padaku yang tak tau akanmu. Sakit? Iya! Aku tak perlu menutupi semuanya lagi kan? Aku tak tau kesalahan apa yang telah kuperbuat. Apa karena nama yang sama hingga aku menjadi yang tersalahkan pula? Mengapa kau bermain seperti ini? Apa karena ingin terlihat lebih manusia?  Yaa, kau benar benar manusia, hanya saja kau tak menyadari kalau aku manusia pula. Sama sepertimu. Bukan hanya kau yang hingga kini merasakan sakit. Haruskah kita memiliki luka dan merasakan sakit yang sama? Jika ia, kau berhasil menyatakannya.
Aku tak tau kau akan membaca ini atau tidak. Aku hanya ingin bercerita bahwa aku pernah mengenalmu. Walau hanya kebekuanmu yang aku sangat kenal.
Mengutip lirik ‘senandung lirih’nya Numata, “meski pada akhirnya kita tak  pernah bersatu”. Aku tahu itu. Kau tak mampu beranjak, dan aku melebihi dari itu. Ikatanku jauh lebih erat, yang juga tak mengijinkanku beranjak. Kita akan sama sama beku dititik yang sama. Atau mungkin hampir sama. Kau menikmati kebekuan itu, akupun iya. Kita akan mematung namun tetap hidup. Mungkin kita akan tersakiti atau tersiksa dengan rasa itu, tapi kita akan terus saja menjaganya.  Setidaknya itu yang aku cerna. Karena kehilangan rasa itu justru akan lebih menyiksa dibanding tetap mempertahankannya. Kita hampir sama, Itu yang terpikirkan sekarang...
Tapi aku bahagia, bahagia bahwa dunia memberikanku warna lain selain warna merah yang sangat aku kenal. Ia memberikanku hitammu. Abu abumu.  Dan karena itu aku cukup bahagia untuk mengingat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar